BAB I
MASA KEMAJUAN ISLAM
PENDAHULUAN
A. Masa Kemajuan Islam
Masa berkembang pesatnya kebudayaan islam, ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan islam. Lembaga-lembaga pendidikan, sekolah-sekolah dan universitas-universitas nampak dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya kaum muslimin. berbagai ilmu
pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya kaum muslimin.
jika masa sebelumnya, pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap tantangan dari pola budaya yang telah berkembang dari bangsa-bangsa baru yang memeluk agama islam, akan tetapi sekarang harus merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudyaan islam sendiri yang tumbuh sangat pesat. kebudayaan islam telah berkembang demikian cepatnya sehingga menjadi unggul dan dan bahkan menjadi puncak kebudayaan umat manusia pada zaman itu. kebudayaan islam pada masa ini, bukan saja mendatang kesejahteraan bagi kam muslimin, tetapi juga mendatangkan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya, mendatangkanrahmatlil'aalamin.
Dalam perkembangan kebudayaan islam, nampak adanya dua faktor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran islam itu sendiri, dan faktor ekstern, aitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. Tetapi sebenarnya pengaruh dari luar tersebut, hanyalah berupa sekedar sebagai rangsangan atau tantangan saja, agar potensi pembawaan dari ajaran islam itu sendiri bisa tumbuh dan berkembang. yang paling menentukan adalah jiwa dan semangat kaum muslimin, terutama para ahlinya dalam penghayatan dan pengalaman ajaran islam sebagaimana terangkum dalam Al-Quran.
Dalam perkembangan kebudayaan islam, nampak adanya dua faktor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran islam itu sendiri, dan faktor ekstern, aitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar. Tetapi sebenarnya pengaruh dari luar tersebut, hanyalah berupa sekedar sebagai rangsangan atau tantangan saja, agar potensi pembawaan dari ajaran islam itu sendiri bisa tumbuh dan berkembang. yang paling menentukan adalah jiwa dan semangat kaum muslimin, terutama para ahlinya dalam penghayatan dan pengalaman ajaran islam sebagaimana terangkum dalam Al-Quran.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan, dan majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, seperti: Majlis al-hadits, Majlis al-tadris, Majlis al- manazharah, Majlis muzakarah, Majlis al-syu’ara, Majlis al-adab, Majlis al-fatwa dan al-nazar.
v Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan.
Perkembangan masjid sangat signifikan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat, terlebih lagi pada saat masyarakat islam mengalami kemajuan. Urgensi masyarakat terhadap masjid menjadi semakin kompleks, hal ini menyebabkan karakteristik masjid berkembang menjadi dua bentuk yaitu mesjid sebagai tempat sholat
jum’at atau jami dan masjid biasa.
Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-penjabat pemerintah, seperti, qodhi, khotib dan iman masjid.
v Khan.
Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang- barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di bagdad.
v Ribarth.
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah.
v Rumah Ulama.
Rumah sebenarnya bukan tempat yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, namun para ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Toko-toko buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu.
Disamping toko buku, perpustakan juga memilki peranan penting
dalam kegiatan transfer keilmuan islam.
Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhungan dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan dilaksanakan sehingga kemajuan ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup pesat. Rumah sakit juga merupan tempat praktikum sekolah kedoteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
Badiah merupakan sumber bahasa arab yang asli dan murni,
dan mereka tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa arab. Oleh karena itu badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang asli dan murni. Sehingga banyak anak-anak kholifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab. Dengan begitu badiah-badiah telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
B. Lembaga Pendidikan Setelah Madrasah
Diantara faktor yang mendukung berdirinya madrasah adalah faktor politik4, hal ini bermula pada perpecahan yang terjadi akibat dari berdirinya kekhalifahan Syi’ah di Kairo yang memisahkan diri dari kekhalifahan Sunni di Baghdad sebelum akhir abad ke 4 Hijriyah. Selain karena perbedaan doktrin kedua golongan terjadi pula persaingan diantara keduanya. Maka dari itu pendidikan menjadi senjata dari perlombaan politik tersebut.
Khalifah-khalifah Syi’ah di Kairo mengklaim diri mereka sebagai keturunan Nabi dan mereka memperkuatnya melalui pendidikan yang terencana dan diselenggarakan oleh negara yang berpusat pada lembaga yang diberi nama Dar-al-Ilmi. Sebuah masjid yang berhasil direbut di Kairo segera digunakan sebagai tempat belajar sesuai dengan doktrin penguasa baru. Masjid ini sekarang dikenal dengan Al-Azhar, dan dianggap sebagai universitas tertua di dunia.5
Menanggapi tantangan pendidikan tersebut, meskipun agak terlambat khalifah Sunni yang berada di Baghdad dengan langkah yang sama juga mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama madrasah pada abad ke 5 hijriyah. Serupa dengan apa yang dilakukan oleh saingannya, lembaga ini didirikan guna menyebarluaskan dogma penguasa saat itu.
Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992) diantara motivasi
pendirian madrasah adalah untuk mengambil hati rakyat, mengaharap ampunan dari Allah,
memelihara kehidupan anak-anak di kemudian hari, memperkuat aliran keagamaan bagi sultan
atau penguasa.(motif politik ini yg paling dominan)
memelihara kehidupan anak-anak di kemudian hari, memperkuat aliran keagamaan bagi sultan
atau penguasa.(motif politik ini yg paling dominan)
Masih pada abad 5 hijriyah Nizam Al-Mulk6 salah seorang wazir Dinasti Seljuk yang sunni dan juga seorang penganut ideologi Syafi’iyah Asy’ariyah, merasa bahwa untuk melawan ideologi Dinasti Fathimiyah di Kairo yang beraliran Sy’iah saat itu tidak cukup dengan mengangkat senjata, maka beliau berinisiatif untuk mendirikan madrasah-madrasah di setiap kota daerah kekuasaannya yang tidak lain untuk membendung doktrin-doktrinSyi ’a h yang disebarkan secara aktif
Madrasah nizhamiyah merupakan pertotipe awal bagi lembaga pendidikan tinggi, ia juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan islam sebagai suatu lembaga pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintah atau penguasa ikut terlibat didalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik dan lain-lain.
Informasi tentang madrasah mendapat dukungan banyak dari berbagai literatur. Namun sayang para sejarawan tidak cukup tertarik berbicara madrasah di Mekah dan Madinah. Hal ini mengakibatkan pelacakan informasi tentang permasalahan tersebut kurang lengkap.
Lebih lanjut secara kuantitatif madrasah di Mekah lebih banyak dibandingkan di Madinah. Diantara madrasah Abu Hanifah, Maliki, madrasah Ursufiyah, madrasah Muzhafariah, sedangkan madrasah
megah yang dijumpai di Mekah adalah madrasah qoi’it bey, didirikan
oleh Sultan Mamluk di Mesir.8
Kurikulum Pendidikan Islam
1. Kurikulum Pendidikan Islam sebelum Madrasah.
a. Kurikulum pendidikan rendah
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping al-qur’an, kadang diajarkan tata bahasa Arab.9
b. Kurikulum pendidikan tinggi.
Kurikulum pendidikan tinggi, berpariasi tergantung pada syaikh yang mau mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu.
Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan. Al-Khuwarazmi (Yusuf al- kutub, tahun 976) meringkas kurikulum agama sebagai berikut: Ilmu Fiqih, ilmu nahwu, ilmu kalam, ilmu kitabah (sekretaris), ilmu arudh, dan lain- lain.10
B. Kurikulum setelah berdirinya Madrasah.
Pada zaman keemasan Islam, aktivitas-aktivitas kebudayaan pendidikan islam tidak mengizinkan teologi dan dogma membatasi ilmu pengetahuan mereka, mereka meyelidiki setip cabang ilmu pengetahuan manusia, baik psikologi, sejarah, historiografi, hukum, sosiologi, kesustraan, etika, filsafat, teologi, kedokteran, matematika, logika, seni, arsitektur.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan, mendirikan madrasah dianggap krusial. Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk seorang ahli fiqih yang termasyhur dalam suatu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan
9 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992) hal. 113
10 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafika Persada, 2004), hal. 120
D. Pendidikan Islam Di Masa Nabi Muhammad SAW
Sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sebagai tanda datangnya Islam sampai sekarang telah berjalan sekitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah Islam berjalan sekitar 14 abad lamanya. Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode. Pertama, periode klasik antara tahun 650-1250 M. kedua, periode pertengahan antara tahun 650-1800 M. Ketiga periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang dimulai sejak klasik.
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekah pada zaman Rasulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas baru secara kelembagaan untuk meneruskan kelangsungan dan perkembangan agama Islam.
Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad aalah pengajar atau pendidik muslim pertama.
Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsur budaya bansga Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bansga Arab. Dalam proses pembudayaan ajaan Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentang sama sekali dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi adat istiadat. Ada kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya.
E. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.
Setelah Rasulullah wafat,maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abubakar, Umar bin Khattab,Usman bin affan, danAli ibn Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, Pada awal pemerintahannya diguncang oleh pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatiannya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan adapat mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, situasi politik dalam keadaan stabil. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, karena bangsa-bangsa tersebut memiliki alat dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam, maka dipikirnya pendidikan Islam di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu Umar memerintahkan panglima-panglima apabila telah berhasil menguasai daerah, hendaknya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Untuk keperluan khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru setiap daerah yang ditaklukan untuk bertugas mengajukan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran bahasa Arab. Dengan dikuasainya wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pelajaran Islam.
Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah terdekat.
Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan Al-qur’an dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas pula. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan Islam masa ini, yang kemudian digantikan oleh para tabi’in. namun berkembang sebagaimana masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abu Thalib.
F. Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Muawiyah, Abasiyah dan Kekhalifahan Selanjutnya.
Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan Bani Umayyah. Selama pemerintahan Muawiyyah, daerah kekuasaan Islam meluas sampai Lahore di Pakistan. Perharian khalifah diarahkan ke Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Umayah mencapai 1700 kapal perang,membuat Muawiyah dapat menundukkan banyak pulau diantaranya ialah Rhodes dan pulau yang lain diYunani. Adapun kemajuan pendidikan dan peradaban Abasiyah mencapai kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak popularitasnya baru setelah pemerintahan Harun al-Rasyid yang diteruskan oleh putranya al-Makmur.
Masa kejayaan ini ditandai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri.Dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-madrasah dan universitas-universitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam dengan cepat, merupakan ciri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsur-unsur yang berasal dari luar, yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, India dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsur budaya dari luar itu, kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsur-unsur Islamnya nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja. Tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya.
Pada abad ke 13 H / 7-9 M, semasa Rasul sesudahnya terutama pada masa Malik Ibn Anas (wafat tahun 179 H/795 M). Abu Hanifah (wafat 150/767), al-Syafi’i (wafat 204/820) dan Ahmad ibn Hambal (wafat tahun 241/855). Sejak abad ini secara intensif Islam diinformasikan, digeneralisasikan, dan dibuat hubungan antara satu sisi dengan yang lainnya. Yang muncul kemudian adalah Islam yang abstrak dan transenden, Islam yang sudah ditarik dari dunia nyata.
Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khsususnya pada Rasulullah dan para sahabat bukan merupakan profesi atau pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengharapkan keridhaan-Nya, menghidupkan agama, mengembangkan seruannya,dan menggantikan peranan Rasulullah SAW dalam memperbaiki umat.
Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki kepribadian yang baik,mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong karena kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat, suci, dan mulai. Filsafat Yunani adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh para filosof Yunani untuk mencari kebenaran tentang sesuatu, baik yang bersifat abstrak maupun yang konkret.
Filsafat Yunani mulai berpengaruh dikalangan ilmuwan Muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Syriah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syaria ke bahasa Arab.
Al-Ma’mun adalah khalifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan berupa emas seberat yang diterjemahkan. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan Muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan yang baru. Unsur dialektika dari socrates, idealisme Ploto dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam, seperti Qadariyah, Asy’ariyah dan Mu’tazilah. Metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam, sehingga muncul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Umar Khayyam, Ibnu Rusyd, dan sebagainya.
Melalui orang-orang kreatif, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Masudi, Al-Tabari, Al-Razi, Al-Khawarizmi, Al-Ghazali, Nasil Khusru, Omar Khayyam dan lain-lain. Pengetahuan Islam telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi,matematika, geografi dan bahkan sejarah.
DAFTAR FUSTAKA
Mansur, Rekonstruksi SPI diIndonesia: Depag RI Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2005, hal. 21-27
Suwito Prof. Dr dan Fauzan, MA. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005, Ed-1, cet.-1, hal. 2-4
Nata, Abuddin, Prof. Dr. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004, cet-1, hal. 170
Nata, Abuddin,Prof.Dr. Sejarah Pendidikan Islam. Hal 128
www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar